Breaking News:
Attention!
Blog Archives
November 12, 2008
Print this Article
By: Baiq Wardhani
This article had been published in the on Tuesday, 9 May 2006
Kekacauan demi kekacauan sedang melanda Timor Leste, negara tetangga baru kita. Krisis internal yang diawali dengan pemecatan terhadap sekitar 600 anggota tentara nasional Timor Leste oleh Panglima Pertahanan Jenderal Taur Matan Ruak pada akhir Maret lalu memicu kerusuhan-kerusuhan berikutnya. Peristiwa tersebut menyebabkan kekacauan hukum dan tatanan (law and order) yang membawa akibat pada eksodus warga Timor Leste ke salah satu wilayah kedaulatan RI di NTT.
Karena arus masuk terus-menerus warga Timor Leste,
Mengamati peristiwa ini dan beberapa perkembangan internal di Timor Leste, orang bertanya, apa yang sedang terjadi di negara terbaru itu setelah perpisahannya dengan RI. Apakah Timor Leste akan menjadi "negara gagal" (failed state/disrupted state)?
Peran
Setelah melalui proses yang sulit, menyakitkan, dan memakan banyak korban, baik di pihak RI maupun Timor Timur (namanya saat itu), akhirnya wilayah yang dahulunya menjadi provinsi ke-27
Ibarat jabang bayi, kelahiran Timor Leste harus melalui operasi caesar yang berbiaya mahal dengan harapan para bidan, dokter, dan semua pihak yang bersimpati padanya yang membantu kelahirannya akan tetap menaruh simpati dan bersedia berkorban demi kelangsungan hidup si bayi. Namun, apa yang terjadi?
Harapan tersebut ternyata tidak sepenuhnya terpenuhi. Bermacam bantuan yang dahulu pernah dijanjikan oleh berbagai pihak ternyata tidak sebanyak yang diharapkan. Bahkan
Lebih parah lagi, ladang minyak di Celah Timor yang selama ini menjadi incaran dan judi politik
Kurangnya perhatian
Sikap ini sangat berbeda seperti yang ditunjukkannya terhadap Papua Niugini (PNG), yang setiap tahunnya menerima hibah untuk membantu APBN-nya, walaupun Timor Leste tidak bisa disamakan persis dengan PNG yang merupakan jajahan Australia sebelum merdeka pada tahun 1975. Namun, setidaknya
Jika akhirnya Timor Leste harus berjuang sendiri menghadapi berbagai kemelut internalnya, apakah Timor Leste akan menjadi "negara gagal"? Antisipasi ke arah tersebut wajar. Berkaca pada kasus
Beban regional
Mengundang campur tangan pihak luar merupakan salah satu solusi "negara gagal" untuk menghadapi kekacauan di dalam negeri (Thomas D Grant, 2001). Dengan berbagai alasan, intervensi internasional adalah gejala umum politik internasional pasca-Perang Dingin dan makin populer sebagai jalan keluar yang diambil negara-negara besar dalam menghadapi krisis domestik di suatu negara.
Secara sederhana, kondisi disrupted/failed state ditandai dengan terjadinya kekacauan di suatu negara, mulai dari fragmentasi elite sampai terganggunya tatanan sosial yang merupakan sumber gangguan bagi instabilitas kawasan (Amin Saikal, 2000).
Diundangnya pihak luar menandakan lemahnya negara dalam melindungi hak-haknya sendiri. Kondisi ini sangat rawan bagi intervensi yang lebih jauh. Terjadinya perluasan konflik yang tidak mampu dikendalikan oleh dua negara undangan tersebut menggoda negara besar untuk melakukan hal yang sama. Jika hal tersebut terjadi pada Timor Leste, maka akan menambah rentetan jumlah negara "gagal" di Asia-Pasifik.
Jika Timor Leste terus-menerus dilanda krisis, hal ini akan menjadi beban. Tidak saja bagi
Pemerintah
bagaimana peran Australia di timor leste setelah kemerdekaan???